Senin, 29 Februari 2016

MENGAPA HARUS SELALU SAYA?

Renungan "MENGAPA HARUS SELALU SAYA?"
Ketika banyak hal-pekerjaan, pelayanan-seakan menjadi tanggung jawab kita sendiri, bukan tidak mungkin terlintas pemikiran, "Kenapa harus saya lagi? Kenapa selalu saya? Kenapa saya harus menjalankan tugas yangg sebenarnya merupakan tanggung jawab orang lain? Kenapa saya harus menyelesaikan "pekerjaan" orang lain? Kenapa harus saya yang bersusah payah untuk hal yang sebenarnya bukan kewajiban saya?"

Manusiawi jika seseorang berpikir demikian, ketika begitu banyak hal yang "mendadak" harus menjadi tanggung jawabnya, sementara "si empunya tugas" terlihat seolah tidak peduli dengan hal-hal yang adalah kewajibannya.

Saya pun demikian. Terkadang berpikir, "Mengapa harus selalu saya yang bertanggung jawab untuk kewajiban orang lain?"

Entah hal besar atau kecil, mudah atau sukar, semuanya terkadang membuat saya tidak nyaman. Lelah? Pasti. Jenuh? Mungkin. Bahkan bukan tidak mungkin saya menjadi marah karena begitu banyak hal yang harus saya "kerjakan" padahal bukan bagian saya, sementara "sang petugas" seolah tidak peduli. Apalagi jika ditambah dengan komentar-komentar "sinis" dari orang-orang yang menjadi "pengamat" saya. 
😄
 
Lalu bagaimana caranya mengatasi semua kekesalan karena hal-hal ini? Saya mulai belajar berpikir positif. Ketika saya sibuk dengan semua keluhan-keluhan, kekesalan-kekesalan, dan bahkan kemarahan-kemarahan saya karena hal-hal yang bukan tanggung jawab saya, disaat yang sama--bukan tidak mungkin--ada orang-orang lain yang juga sedang berharap untuk bisa jadi seperti saya. Yuph! Menjadi seseorang yang selalu siap dipakai. Menjadi orang yang bisa dipercaya. Menjadi orang yang bisa bertanggung jawab. Menjadi orang yang mampu diandalkan. Menjadi orang yang selalu dibutuhkan. Bukankah untuk semua hal ini saya mendapat "nilai plus"? Nilai plus untuk diri saya sendiri, terlepas dari pandangan atau komentar "sinis para pengamat".

Di atas semuanya itu, saya kemudian mengimani bahwa hal-hal inilah yang merupakan panggilan hidup saya. Panggilan seperti apa? Panggilan untuk menjadi berkat. Lewat hal-hal yang bukan tanggungjawab saya tapi harus saya kerjakan--bahkan selesaikan--saya sedang memberkati dan sedang diberkati.

Seperti tertulis dalam I PETRUS 3 : 9
"HENDAKLAH KAMU MEMBERKATI, KARENA UNTUK ITULAH KAMU DIPANGGIL, YAITU UNTUK MEMPEROLEH BERKAT"

Lalu apakah saya mampu menjalani panggilan seperti ini? Iman saya pun dengan tegas menjawab "tentu saya mampu". Mengapa saya begitu yakin?

FILIPI 4 : 13 sangat jelas : 
"SEGALA PERKARA DAPAT KUTANGGUNG DI DALAM DIA YANG MEMBERIKAN KEKUATAN KEPADAKU"

Dan untuk itulah, 
"AKU BERSYUKUR KEPADA DIA, YANG MENGUATKAN AKU, YAITU KRISTUS YESUS, TUHAN KITA, KARENA IA MENGANGGAP AKU SETIA DAN MEMPERCAYAKAN PELAYANAN INI KEPADAKU--" (I TIMOTIUS 1 : 12)

Selamat, "menerima berkat dan menjadi berkat" !!

Senin, 22 Februari 2016

[REPOST!] BOLEHKAH ORANG KRISTEN BERPACARAN DENGAN ORANG KATOLIK?

Pada renungan harian kali ini, saya mau menjawab pertanyaan yang sangat sering ditanyakan kepada saya berkaitan dengan pacaran beda agama, “Bolehkah orang Kristen berpacaran dengan orang Katolik?” Menarik untuk dibahas, bukan?

Sebelum saya menjawab pertanyaan ini, saya mau mengajak Anda berputar-putar dulu. Saya mau mengajukan suatu kasus. Ada cewek Kristen yang berinisial A dan ada juga cowok Kristen yang berinisial B. Si A dan Si B menjalin hubungan karena memiliki agama yang sama, yaitu Kristen. Si A adalah orang Kristen yang sangat taat dan takut akan Tuhan.

Selang beberapa waktu, si B menunjukkan karakter yang tidak baik. Si B suka selingkuh dan berkata kasar sehingga sangat sering menyakiti hati Si A. Jelas, Si A menjadi sangat kecewa dengan Si B. Pertanyaan saya, bolehkah Si A tetap berpacaran dengan Si B?

Jelas jawabannya, Si A tidak boleh berpacaran lagi dengan Si B walaupun agama mereka sama. Dengan demikian, sebenarnya hal terpenting yang saya mau sampaikan adalah kesamaan agama tidak dapat menjamin apakah kita boleh berpacaran dengan orang itu atau tidak.

Namun, bukan berarti kita bebas berpacaran dengan orang yang berbeda agama. Mengapa? Karena orang yang berbeda agama jelas tidak akan mau mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. 

Jangankan orang yang berbeda agama, orang yang beragama Kristen pun sebenarnya masih banyak yang belum mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat! 
Contohnya adalah Si B dalam ilustrasi kasus di atas. Ia suka selingkuh dan berkata kasar, artinya ia tidak mau tunduk pada pengajaran Yesus yang penuh kasih. Ia hidup suka-suka sendiri. Jika seseorang hidup suka-suka sendiri, sebenarnya ia tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan.

Jadi, berpacaranlah dengan orang yang benar-benar mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat! Ini akan memudahkan kita untuk menjawab pertanyaan, “Bolehkah orang Kristen berpacaran dengan orang Katolik?”.

Apakah agama Katolik mengajarkan umatnya untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? 
Jelas, Katolik mengajarkan hal itu. Jadi, orang Kristen boleh berpacaran dengan orang KatolikIntinya, orang Kristen harus berpacaran dengan orang yang benar-benar mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Artinya begini, Jika ada orang yang beragama Kristen atau Katolik tetapi hidupnya tidak menunjukkan ia mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, janganlah berpacaran dengan orang itu! Anda mengerti yang saya maksud?

Lebih dari yang saya bahas, sebenarnya kita harus memeriksa diri kita sendiri. Sebagai orang Kristen, sudahkah hidup kita menunjukkan bahwa kita benar-benar mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Jangan-jangan kita sendiri belum menunjukkannya! Jadi, perbaiki diri kita sendiri dulu sebelum menemukan jodoh kita, entah yang beragama Kristen ataupun Katolik. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

[ artikel ditulis oleh : Bagas Karyadi, M.Th ]

SIAPA BAGAS KARYADI?

Bagas Karyadi, M.Th. mendedikasikan hidupnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan Kekristenan. Semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas, Bagas sudah ikut mengambil pelayanan sebagai layout editor sebuah tabloid yang ditujukan untuk remaja dan pemuda di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Nehemia, Pondok Indah.

Kemudian, pada tahun 2006 Bagas diterima masuk perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setahun kemudian, Bagas masuk dalam penjurusan perkuliahan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.

Pada saat yang bersamaan, Bagas pun mulai bergabung ke dalam sebuah unit kegiatan mahasiswa di IPB, yaitu Komisi Pelayanan Siswa - Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (KPS - PMK IPB). Bersama KPS - PMK IPB, Bagas melayani sebagai guru sukarela Mata Pelajaran Agama Kristen Protestan di SMAN 5 Bogor selama dua tahun (2007-2009). Selain itu, Bagas juga ditunjuk sebagai Koordinator Pembinaan Tim Pelayanan SMAN 5 Bogor. Bagas bertugas untuk memimpin aktivitas pembinaan untuk semua pelayan yang melayani di SMAN 5 Bogor. Pada tahun 2008-2009, Bagas menjabat sebagai Koordinator Persekutuan Siswa Kristen Bogor (PSKB). Bagas bertugas untuk memimpin pelaksanaan kegiatan persekutuan para pelajar Kristen di Bogor.

Pada akhir masa perkuliahan, Bagas bekerja paruh waktu sebagai guru di SMP Tongkat Harun, Tangerang Selatan. Pada akhir 2011, Bagas pun menyelesaikan studinya di IPB dengan skripsi yang berjudul : RANCANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KONSERVASI BAGI ANGGOTA PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) DI KELURAHAN CILINCING, JAKARTA UTARA. Skripsinya yang bertemakan pendidikan adalah tanda bahwa Bagas telah jatuh cinta pada dunia pendidikan dan pengajaran.

Pada awal tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2013, Bagas memutuskan bekerja sebagai guru di SD Pembangunan Jaya. Kemudian, Bagas melanjutkan panggilannya sebagai guru di SD Nasional Plus BPK Penabur Bogor sampai pertengahan tahun 2015. Sekarang, Bagas melayani sebagai Christianity Studies Teacher di National High Jakarta School, Jakarta Barat. Pada saat yang sama pula, Bagas menyelesaikan studi S2 dalam Program Pascasarjana Magister Teologi di STT Bethel Indonesia, dengan tesis yang berjudul : PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN SIKAP ORANG KRISTEN TERHADAP PENGHAKIMAN TERAKHIR MELALUI KELAS PENDALAMAN ALKITAB JARAK JAUH (ASYNCHRONOUS LEARNING).

Dalam dunia pelayanan Kristiani, Bagas juga melayani sebagai guru Sekolah Minggu di GBI Rehobot. Bagas juga diundang untuk menjadi pembicara Firman Tuhan di beberapa komunitas. Selain itu, Bagas juga aktif memproduksi dan membagikan renungan-renungan Firman Tuhan dalam bentuk tulisan melalui blognya www.bagas.org dan renunganharian.id

Misi terbesar Bagas dalam hidupnya adalah mendirikan sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) yang memiliki landasan Kekristenan yang kokoh. Hal ini diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa yang benar-benar memiliki kecintaan yang sejati terhadap Tuhan Yesus Kristus. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah satu-satunya cara untuk membangun paradigma Kekristenan dalam jiwa anak-anak sehingga kelak ketika mereka dewasa, mereka benar-benar siap dipertunangkan dengan Tuhan Yesus Kristus di Langit Baru & Bumi Baru.

Selasa, 16 Februari 2016

HOPELESS

Di sebuah café,

Dengan pemandang menjurus ke sebuah lapangan besar dengan hamparan rumput hijau yang ditanami beberapa pohon dan bunga-bunga. Mungkin, sang pemilik café sengaja menggunakan jasa desain tukang kebun untuk mendesainnya. Mungkin saja. Terlihat dua orang yang tengah bercakap disudut sebuah ruangan yang di tata sedemikan rupa, sehingga membuat siapapun yang berada disana akan selalu merasa nyaman

“Kau kenapa ? Kau terlihat lesu dan kurang bersemangat. Apakah kau sakit ?” ucapnya.

Dia menunduk kemudian menggelengkan kepalanya, “Aku tak apa-apa. Aku hanya sedikit malas berbicara terhadap siapapun.”

Menghela nafas. “Kau berbohong. Kau tau sudah berapa lama kita berteman ? Aku tau benar siapa kamu. Kau bukan tipe orang yang pendiam. Kau akan terlihat diam jika kau bertemu dengan orang yang tak kamu kenal atau tak akrab denganmu.. Tapi kali ini kau berbeda, sangat berbeda.”

Orang itu mengangkat kepalanya, menatap seseorang didepannya.

“Apakah aku terlihat seperti itu ? Kau salah. Aku hanya sedang belajar bagaimana menjadi orang yang terlihat cuek sama keadaan disekelilingku. Apakah aku salah ?”

Seseorang didepannya menghela nafas dan meneguk segelas cappuccino panas didepannya.

“Tidak. Kau tak salah. Tapi apakah kau tau, perubahanmu menimbulkan banyak pertanyaan terhadap orang-orang yang menyayangimu dan perhatian terhadapmu. Mungkin, sebagian besar dari mereka tak ingin kau berubah. Mereka ingin kau seperti dulu.. Menjadi sosok yang ceria walau kau terlihat banyak masalah.

“Aku tak bisa… Aku bukan gadis yang kuat seperti yang kau maksud. Bukankah seperti ucapanmu tadi kita sudah berteman lama ? Seharusnya kau mengerti apa yang sudah aku alami selama ini. Aku tak bisa berpura-pura bahagia sementara hatiku sedang sakit.

Tanpa disadari, buliran air mata mulai membanjiri pipinya. Orang itu tersenyum. Merogoh tasnya dan mengambil sehelai tissue dan memberikan kepada dia yang perlahan telah menangis.

“Menangis saja jika kau ingin menangis. Kadang kala menangis bisa membuat seseorang lebih merasa lega.” ucapnya.

Ia mengambil tissue tersebut dan menghapus bulir-bulir air mata yang membanjiri pipinya. “Thanks. Tapi, aku tak tahu kenapa, pikiranku kosong belakangan ini. Aku tak tau apa yang sedang aku pikirkan sekarang. Dia datang membelenggu pada diriku tanpa sengaja.”

“Kau terlalu mendramarisir sebuah keadaan. Kau tak pernah berubah. Dari awal aku mengenalmu sampai sekarang kau tetap saja menjadi orang yang begitu sensitif. Bisakah sekali-sekali kau tak peduli sama apapun yang terjadi ? Kau tau, tanpa sengaja kau sudah menyakiti dirimu.”

“Hmm, aku ingin berubah. Tapi apapun yang aku pikirkan itu yang selalu terjadi. Apakah pikiranku salah ? Atau, hatiku yang salah karena aku selalu menjadi orang yang pemikir ?”

“Apakah aku terlihat menyalahkanmu ? Tidak. Aku tak menyalahkanmu. Bahkan aku iri sama kamu. Tanpa kamu sadari seharusnya kamu sudah bisa menghibur hatimu sebelum kau tau yang sebenarnya. Tapi sayang, kau terlalu menyimpannya dalam-dalam sehingga kau sendiri yang membuat hatimu terluka. Bukan orang lain.”

“Yah, aku tahu. Bahkan aku sadar betul aku sendiri yang selalu membuat hatiku terluka. Tapi apakah aku salah jika aku terlalu sering membutuhkan perhatian dari siapapun itu ?”

“Tak salah jika kita membutuhkan perhatian dari siapapun. Aku tahu kamu, kau mungkin sudah kurang membutuhkan perhatian dari keluargamu sehingga kau pergi mencari perhatian itu di orang lain disekelilingmu. Tapi kau juga harus sadar, mereka bukan orang tuamu yang selalu ada buatmu. Mereka juga harus membagi perhatiannya kepada orang lain selain kamu. Seharusnya kau juga tak perlu membagi semua kesedihanmu kepada mereka.”

“………………………..”

“Itulah yang terkadang membuatmu selalu merasa kecewa. Kau terlalu punya rasa berharap dan kepercayaan yang terlalu tinggi terhadap sesuatu yang bukan milikmu. Kau harus mengurangi kadar porsinya agar kau tak terlalu sakit hati.”

“Lantas, apakah aku egois ?”

“Kamu tak egois. Hanya saja beberapa dari mereka yang masih kurang memahami kamu. Jika mereka memahamimu mereka tak akan mungkin membuat hari-harimu dipenuhi dengan kekecewaan. Ingat, batas wajar kesabaran orang itu berbeda. Mungkin kau hanya sedikit perlu mengerti itu.”

“Lalu apa yang harus aku lakukan ? Aku bingung, mereka kadang memusuhiku seakan aku punya banyak salah. Tapi jika mereka yang melakukannya terhadapku aku tak pernah berfikir untuk mengecewakan mereka.”

“Kau hanya cukup bersabar terhadap segala sesuatu. Percayalah, segala sesuatu yang terjadi itu indah. Kau tak usah meragukan apapun yang sudah terjadi. Mungkin hari ini mereka menyakitimu, tapi percayalah ini hanya sementara asalkan kau tau bagaimana menempatkan pikiran dan hatimu itu sendiri. Tuhan itu baik.”

“Apa menurutmu aku ini childish ?”

“Apakah menurutmu sendiri kamu itu childish ?”

“Aku tak tahu. Hanya mereka yang bisa menilai dan memahamiku.”

"Apakah kau tau definisi childish itu ? Itu bukan soal sikap dan perilaku saja. Sikapmu mungkin terkesan kekanak-kanakkan tapi, apakah mereka yang mengatakanmu childish bisa memastikan bahwa mereka benar-benar sudah bersikap dewasa ? Aku rasa tidak. Mereka kadang hanya mementingkan ego mereka. Percayalah, hidup itu indah. Tak usah terlalu berharap perhatian dari siapapun, karena bukan hal yang mustahil seseorang yang hari ini memberimu perhatian lebih, justru itu juga yang nanti akan membuatmu sakit berlebihan.